MY TRIP IN BANJARMASIN
Banjarmasin : Kota Seribu Sungai, Seribu Masjid/Mushola, dan juga terkenal setiap kelurahannya memiliki peralatan pemadam kebakaran yang lengkap karena sering kebakaran. Kehidupan masyarakat di sepanjang Sungai
Martapura dan Sungai Barito yang membelah kota Banjarmasin inilah yang sangat
menarik perhatian saya, terutama melihat langsung geliat pasar apung dari
dekat.
WELCOME IN
BANJARMASIN
Tak pernah terbayang dapat menjejakkan kaki di Pulau Borneo . Kesempatan itu datang ketika saya mendapat Dinas ke salah satu daerah di Pulau Borneo, tepatnya Banjarmasin pada bulan Juni 2012. Hal pertama yang saya lakukan adalah mencari referensi sebanyak-banyaknya tentang Banjarmasin. Saya mulai mencari melalui internet, menghubungi teman yang berada di Banjarmasin, dan dari media elektronik lainnya. Info yang saya dapat cukup banyak yang akhirnya saya rangkum dalam suatu catatan kecil.
Hari yang dinanti datang juga, 6 Juni 2012, saya dan tim bertolak menuju Banjarmasin. Dengan menggunakan Garuda Airlines, kami berangkat tepat pukul 06:00 WIB. Alhamdulillah cuaca hari itu cerah, penerbangan kami tidak mengalami kendala apa pun dan berbagai fasilitas yang diberikan maskapai makin menambah kenyamanan selama perjalanan. Akhirnya setelah menempuh penerbangan selama 1 jam 45 menit, kami tiba di Bandara Sjamsudin Noor yang berlokasi di Banjar Baru. Saya tidak sempat mengabadikan gambar Bandara Sjamsudin Noor karena kami telah ditunggu oleh tim dari Banjarmasin. Perjalanan dari Banjar Baru menuju Banjarmasin ditempuh lebih kurang 30 menit, dengan lingkungan sekitar masih dipenuhi oleh pohon-pohon yang tinggi dan beberapa rumah panggung warga. Yang menarik perhatian saya selama perjalanan dari Banjar Baru menuju Banjarmasin adalah banyaknya mushola dan masjid yang saya lihat. Masyarakat Banjarmasin memang dikenal religius dan rumah penduduk di sana memang kebanyakan terbuat dari kayu biasanya menggunakan kayu ulin dan berbentuk panggung mengingat kontur tanah kota Banjarmasin merupakan tanah gambut yang berada 0,16 meter di bawah permukaan laut. Setibanya di Banjarmasin, kami langsung diantar menuju Hotel tempat kami menginap, Hotel Aquarius.
Kami beristirahat sejenak sambil menyiapkan bahan untuk sosialisasi untuk esok hari. Setelah istirahat beberapa jam di Hotel, kami memutuskan untuk berkeliling kota Banjarmasin dengan menggunakan mobil yang dipinjamkan oleh Tim dari Banjarmasin. Tujuan pertama kami adalah merasakan masakan khas Banjar yang paling terkenal, Soto Banjar.
Soto Banjar memang memiliki cita rasa tersendiri yang berbeda dari soto biasanya yang sering kita temui di daerah-daerah lain. Soto Banjar menggunakan ayam kampung dan rempah-rempah yang beraroma harum dan makin menambah kelezatan Soto Banjar. Setelah menikmati Soto Banjar, kami melanjutkan perjalanan ke Mitra Plaza untuk membeli oleh-oleh khas Banjarmasin. Kami membeli berbagai macam kerajinan tangan berupa patung etnis yang terbuat dari kayu ulin, replika perahu yang terbuat dari getah karet, jam yang terbuat dari batu berbentuk pulau kalimantan, dan baju tidur khas Banjarmasin. Setelah asyik berbelanja, perjalanan dilanjutkan ke masjid Sibillal Muhtadin untuk mendirikan solat magrib di sana.
Setelah selesai solat, kami menikmati suasana malam banjarmasin di pinggir sungai matrapura, tepatnya di Siring Sudirman.
Dari siring sudirman, kami bertolak menuju Rumah Makan Kaganangan yang berlokasi di Jalan Pangeran Samudera. Di sini kita dapat merasakan berbagai masakan ikan bakar yang dalam bahasa banjar dikenal dengan sebutan "baubar". Menu di Rumah Makan ini cukup banyak antara lain Ikan Patin Baubar, Ikan Haruan Baubar yang lebih dikenal sebagai Ikan Gabus, dan masih banyak lagi yang rata-rata berbahan dasar ikan sungai mengingat Banjarmasin merupakan kota yang dikelilingi oleh sungai.Setelah makan, kami pun kembali ke Hotel.
Kamis, 7 Juni 2012, saya dan tim bersiap untuk melakukan sosialisasi dalam rangka tujuan utama kami ke Banjarmasin. Sosialisasi berjalan cukup tertib dan lancar sehingga hanya membutuhkan waktu 6 jam, lebih cepat dari jadwal yang telah kita rencanakan.
Acara sosialisasi berakhir maka selesailah pula tugas kami di Banjarmasin, saya dan tim kembali ke Hotel untuk beristirahat sejenak sebelum bersiap menuju Jembatan Barito pada sore harinya. Tepat pukul 4.30 sore hari waktu Indonesia tengah, kami berangkat menuju Jembatan Barito dengan menggunakan mobil yang dipinjam dari Teman di Banjarmasin. Perjalanan ditempuh selama lebih kurang 1 jam, kami tiba di Jembatan Barito tepat pada saat Matahari akan terbenam sehingga dapat menyaksikan sunset saat itu. Tepat di bawah Jembatan Barito terdapat Pulau Bakung yang terkenal sebagai tempat bermukimnya ratusan kera-kera khas Kalimantan. Jembatan Barito cukup panjang untuk ukuran jembatan di Indonesia sesuai dengan karakter sungai khas Kalimantan yang mempunyai dimensi yang luas dan alam yang masih wild.
Matahari
mulai terbenam dan malam pun mulai datang di atas jembatan Barito, kami pun
bersiap memenuhi panggilan-NYA, mendirikan solat magrib di salah satu masjid tertua di Banjarmasin.
Selepas magrib, saya dam tim
melanjutkan perjalanan kami, malam itu kami habiskan dengan berburu kuliner
khas Banjarmasin dan berburu oleh-oleh. Rumah Makan Cenderawasih yang berlokasi
di Jalan Pangeran Samudera jadi tujuan kami malam itu, kami memesan berbagai makanan khas Banjar
seperti Ikan Patin Bakar, Itik Bakar, dan membeli oleh-oleh khas Banjar.
Oleh-oleh khas Banjar yang kami beli malam itu cukup banyak, ada amplang,
saluang goreng, bilis goreng, kuku macan, dan beberapa makanan yang saya lupa
namanya.
Setelah
itu, kami melanjutkan malam itu dengan makan jagung manis bakar tak jauh dari
masjid sibillal muhtadin. Tak terasa
hari sudah mulai malam, kami pun kembali ke hotel untuk beristirahat mengingat
esok harinya kami harus bangun pagi untuk melihat secara langsung “Lok Ba Intan Floating Market”. “Lok Ba Intan Floating
Market” berada Sungai Lok Baintan - salah satu anak sungai Martapura, dan
masuk dalam wilayah Desa Sungai Pinang, Kec. Sungai Tabuk, Kab. Banjar -
Kalimantan Selatan. Sebenarnya, Ada Dua “Floating Market” yang terkenal yaitu “Kuin Floating Market” di Sungai
Barito yang sering kita lihat di RCTI dan “Lok Ba Intan Floating Market” di
Sungai Lok Ba Intan, anak Sungai Martapura. Kami sendiri memilih untuk eksplore
Pasar Apung Lok Baintan yang kata orang lokal masih lebih alami.
Kami berangkat dari hotel pagi itu kira-kira
pukul 5 waktu setempat menuju tempat
bersandarnya perahu yang telah kami sewa, tepatnya di dekat Soto Banjar Pak
Amat di pinggir sungai Matrapura. Kurang lebih setengah jam perjalanan, kami
pun sampai di dermaga. Perjalanan ke “Lok
Ba Intan Floating Market”, kami
lanjutkan dengan menggunakan klotok, sejenis sampan bermotor atau yang orang
Palembang sering sebut “ketek”. Setelah menempuh perjalanan selama 1 jam
menggunakan klotok, sampailah kami di “Lok
Ba Intan Floating Market”. Berbagai macam dagangan seperti sembako,
sayuran, dan berbagai jenis buah-buahan tersedia di sini, pada musim panen
buah, aktifitas di “Lok Ba Intan Floating
Market” cenderung lebih ramai daripada saat musim panen padi, hal ini
dikarenakan ketika musim panen padi tiba, masyarakat setempat lebih banyak
menghabiskan waktu di sawah mereka. oh ya, satu lagi keistimewaan pasar
terapung Lok Baintan adalah masih berlakunya sistem barter [pertukaran barang].
Di Lok Baintan pengunjung juga bisa sarapan di
atas klotok yang bergerak pelan mengikuti arus sungai sambil menikmati suasana
keramaian “Lok Ba Intan Floating Market”. aktifitas di Lok Baintan
berlangsung mulai dari selepas subuh, sedangkan puncak keramaian pasar biasanya
terjadi antara jam 6-7 pagi.. hal ini tidak jauh berbeda dengan Floating Market lain semisal di “Kuin Floating Market yang sudah memulai aktifitasnya dari
jam 3 pagi hingga matahari terbit atau sekitar jam 6 pagi.
Setelah
hampir 1 jam di “Lok Ba Intan Floating
Market”, kami kembali ke kota Banjarmasin. Kebetulan hari itu hari Jumat,
kami pun mendirikan solat jumat di Sibillal Muhtadin sebelum berburu baju dan
kain khas Sasirangan dan kembali ke Jakarta. Selepas Jumat, kami pun check out dari hotel dan sebelum menuju
Bandara Sjamsoedin Noor, saya dan tim
berbelanja di Citra Sasirangan, salah satu Toko Kain dan Baju Sasirangan yang
cukup terkenal di Banjarmasin. Puas berbelanja baju dan kain sasirangan khas
Banjarmasin, kami pun langsung ke Bandara Sjamsoedin Noor untuk menuju Jakarta. Sayang sekali
waktu kami untuk menjelajahi Banjarmasin sangatlah singkat. Jika diberi
kesempatan lagi untuk ke Banjarmasin, mungkin saya akan eksplore lebih jauh
lagi ke tempat sentra penjualan Batu Permata di Matrapura, perkampungan dayak
meratus di Loksado sekalian nyobain bamboo rafting yang sangat terkenal itu.
Bye..Bye Borneo, Bye..Bye Banjarmasin^^